MASALAH TEKNIS DALAM BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN



MASALAH TEKNIS DALAM BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
 



Setiap mahluk hidup di dunia ini membutuhkan pangan untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Ketahanan pangan bukan hanya masalah “cukup makan”. Lebih jauh dari itu, pemenuhan hak atas pangan dapat dipandang sebagai salah satu pilar utama hak azasi manusia. Dalam PP No 68 tahun 2002, tentang Ketahanan Pangan, dinyatakan bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan nasional untuk membentuk manusia Indonesia yang berkualitas, mandiri, dan sejahtera melalui perwujudan ketersediaan pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi dan beragam serta tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia dan terjangkau oleh daya beli masyarakat (Tempo Interaktif 2004:1). Hal ini menjadi renungan kita bersama bahwa bagaimana mungkin bisa mencapai prestasi jikalau kebutuhan pangan saja belum terpenuhi? Petani, sebagai insan yang berperan menghasilkan bahan pangan kondisinya sangat memperihatikan. Petani menghadapi banyak permasalahan dalam perannya menghasilkan bahan pangan. Permasalahan petani dan pertanian di Indonesia begitu kompleks baik secara makro maupun mikro. Secara makro masalah utama pertanian di Indonesia adalah (1) Marginalisasi pertanian, cirinya adalah pertanian kurang memberikan harapan, masih banyak petani yang berorientasi pada off farm, disisi lain petani hanya memanen 0,02 ha (super gurem) sehingga pertanian penyumbang kemiskinan terbesar di Indonesia ; dan (2) Exchange farmer, mayoritas umur petani saat ini 70 tahun dan yang berumur dibawah 30 tahun jumlahnya sedikit, kebanyakan generasi muda enggan menjadi petani. 
Pada tingkat petani masalah petani juga semakin banyak. Masalah tersebut diantaranya: rendahnya pengetahuan/wawasan, rendahnya tingkat keterampilan, kurangnya motivasi, tidak memiliki kemampuan pengelolaan usaha tani, kurangnya dukungan atas modal dan sarana produksi usahatani, kurangnya dukungan kebijakan pemerintah, jarang mendapatkan bimbingan dan conseling berupa penyuluhan dan tidak adanya wahana/tempat petani untuk belajar untuk meningkatkan kemapuan yang dibutuhkannya yang berimbas pada kualitas bibit yang rendah, pemeliharaan tanaman yang kurang maksimal, dan produktivitas tanaman yang rendah. Menemukan atau merancang berbagai solusi alternatif untuk memecahkan masalah di atas memerlukan kemampuan, ketrampilan dan kreativitas pihak-pihak yang terlibat. Mereka harus bisa mengatasi kompleksitas permasalahan yang dihadapi dan merancang solusi-solusi alternatif yang berkualitas dan dapat memecahkan masalah itu. Selain itu, solusi-solusi tersebut haruslah dapat diterima oleh berbagai pihak yang terkait.

Sebagai change agent, pekerja pembangunan atau profesional lainnya, kita sering menghadapi situasi yang dihadapi petani yang membingungkan, yang menghadirkan ketidakpastian, dan menimbulkan kesulitan. Situasi itu membuat kita limbung, hilang keseimbangan dan tidak berdaya. Dalam keadaan itu, wajar bila kita ingin segera keluar dari situasi yang sulit itu. Kita ingin segera memulihkan kembali equilibrium atau keseimbangan mental yang sempat terganggu itu. Kita ingin kembali berdaya seperti semula. Namun demikian, tepatkah tindakan coba-coba (trial and error), yang biasanya langsung kita lakukan? Dewey (dalam Amri Jahi), pakar “berpikir reflektif,” yang menemukan proses pemecahan masalah ini pada 1910, menyarankan: agar kita menunda dulu tindakan itu, apa lagi yang sifatnya masih coba-coba. Pikirkan dulu, definisikan dulu, apa yang menimbulkan kebingungan, ketidak pastian dan kesulitan yang merusak equilibrium kita tadi itu. Dengan kata lain, rumuskan dulu “apa masalah yang kita hadapi!” 3 Sebagai perbandingan, di negara maju petani dengan berbagai cara membuat wadah untuk memenuhi kepentingan bersama. Organisasi demikian memegang peranan penting dalam pembangunan pertanian di negara industri maju. Di negara berkembang belum ada organisasi yang dengan efektif memperjuangkan hak-hak petani. Di masa yang akan datang, para penyuluh memegang peranan penting untuk membantu para petani menumbuhkan wadah-wadah untuk petani kembali belajar tentang berbagai hal yang berhubungan dengan usahataninya. Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan masalah penulisan dalam literature studi ini sebagai berikut:

1. Apa masalah-masalah yang dihadapi petani di dalam ruang lingkup perkebunan?
2. Bagaimanakah cara menolong mereka agar bisa menolong dirinya keluar dari   masalah yang dihadapinya?


Pemecahan Masalah Aspek Teknis pada Perkebunan
Benih (bibit) Faktor Penentu dalam Produksi

Peningkatan produktivitas, mutu hasil dan pada gilirannya peningkatan daya saing produk perkebunan harus diawali dengan penggunaan benih unggul bermutu. Benih memiliki peran penting dalam pengembangan tanaman Perkebunan. Benih juga mempunyai peranan penting dalam menentukan produksi dan mutu hasil, sehingga dituntut mutu fisiologis dan genetik yang memenuhi syarat. Oleh karena itu tidaklah heran apabila seluruh tanaman dikaitkan dengan perbenihannya. Produksi tanaman perkebunan merupakan produksi olahan sehingga sangat dibutuhkan benih yang bermutu untuk dapat berproduksi tinggi kelak karena produktivitas tanaman ditentukan oleh kualitas benih yang digunakan. Perkebunan Indonesia kedepan akan fokus kepada pembangunan " Peremajaan Kebun" baik kebun rakyat maupun kebun milik negara oleh karena itu kedepan dalam proses peremajaan, permasalahan perkebunan pasti akan muncul kepermukaan baik itu masalah lahan, administrasi dan yang utama adalah benih itu sendiri. Masalahnya seperti yang di utarakan oleh Dirjen Perkebunan baru-baru ini bahwa perusahaan perkebunan mampu menghasilkan 22-25 ton TBS/ha/thn tetapi produktivitas kebun milik petani masih 17-19 ton TBS/ha/thn karena penggunaan bibit bukan unggul. Maka dapat kami simpulkan bahwa permasalahan kedepan akan terus bermunculan kepermukaan sesuai kondisinya. Untuk mengantisipasi permasalahan itu harus kita awali sedini mungkin penanganannya, sehingga usaha investasi dibidang perkebunan ini dapat berjalan dengan lancar.


Pengadaan Kebun Benih

           
Pengadaan benih yang relatif unggul dalam jumlah yang banyak dan cepat, akan sangat membantu program pembuatan tanaman secara besar-besaran. Benih-benih yang berkwalitas baik hanya dapat diperoleh dari kebun benih. Tetapi seringkali benih dari kebun benih baru dapat dimanfaatkan dimasa mendatang, terutama bagi negara-negara yang kebun benih tersebut, masih merupakan program-program penelitian. Karena penting kiranya memikirkan kemungkinan penunjukan atau pembangunan areal untuk memproduksi benih secara awal, sungguhpun benih yang akan diperoleh darinya tidak sebaik dari kebun benih. Masalah pokok dan paling sulit diperhitungkan sehubungan dengan produksi benih untuk program operasional adalah penentuan jumlah benih yang diperlukan, terutama pada program baru yang belum punya banyak pengalaman. Hal tersebut disebabkan oleh karena pengetahuan tentang segala sesuatu yang menyangkut benih, misalnya pengetahuan kapasitas benih yang dapat dihasilkan oleh species-species tertentu, perlakuan apa yang harus dikerjakan dalam usaha meningkatkan produktifitas benih, bagaimana metode menyerupai benih dari berbagai species agar daya kecambahnya dapat dipertahankan, masih sangat minim, apalagi untuk jenis species-species tropis yang informasi biologinya belum banyak diketahui. Oleh karena itu sudah sewajarnya bahwa kegiatan-kegiatan banyak yang menyangkut masalah teknologi benih harus berjalan seiring dengan langkah mengusahakan benih yang bergenetik unggul.

 
Usaha kearah memperoleh benih yang unggul secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 2 tahap.
1. Keperluan benih unggul jangka pendek :
    Yaitu benih-benih dapat diperoleh melalui pemilihan dan penunjukan pohon plus (plus tree), tegakan-tegakan yang baik (plus stands); tegakan benih (seed production area); dan sumber benih yang telah terbukti (seed from provenance sources).
2. Keperluan benih unggul jangka panjang :
    Yaitu usaha-usaha memperoleh benih yang benar-benar unggul, lewat pembuatan kebun-kebun benih (seed orchards).

Sertifikasi Perbenihan Tanaman Perkebunan

      
        Supervisi kegiatan Sertifikasi Perbenihan Tanaman Perkebunan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam rangka menyeragamkan dan menyamakan persepsi kegiatan sertifikasi benih. Kegiatan Supervisi Sertifikasi yang dilakukan adalah kegiatan pengawasan mulai dari pemeriksaan dilapangan, pengujian mutu laboratoris, pemasangan label hingga pengawasan peredaran benih. Kegiatan tersebut menurut Permentan Nomor. 39/permentan/OT.140/8/2006 disebut dengan sertifikasi yaitu Rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap benih yang dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi melalui pemeriksaan Lapangan, pengujian Laboratorium dan pengawasan serta memenuhi persyaratan untuk diedarkan. Manfaat sertifikasi benih adalah:
- Bagi produsen/penangkar benih kegiatan ini akan memberikan legalitas terhadap benih yang diproduksi;
- Bagi petani akan memberikan jaminan kualitas atau mutu dari benih yang digunakan sehingga dengan menggunakan benih unggul ber mutu dan bersertifikat akan merupakan modal dasar dalam keberhasilan usaha perkebunan dari petani;
- Bagi pemerintahakan memberikan manfaat untuk menentukan kebijakan jangka panjang dalam bidang perbenihan, karena kegiatan ini akan memberikan gambaran terhadap keberadaan benih berkualitas serta
benih legal dan illegal yang akan menunjukkan pula tingkat kesadaran petani terhadap penggunaan benih berkualitas.
- UPTD bidang perbenihan akan memberikan manfaat dalam menjamin pelaksanaan sertifikasi tanaman perkebunan sesuai prosedur yang telah ditetapkan.

Kegiatan ini bertujuan untuk mengawasi/mensupervisi kegiatan sertifikasi benih tanaman Perkebunan yang dilakukan oleh UPTD Sulawesi Tengah dengan materi pengawasan merujuk pada prosedur yang telah ditetapkan baik berupa SNI/RSNI/SOP. Memberikan bimbingan teknis sertifikasi atas permasalahan yang timbul selama kegiatan sertifikasi berlangsung.

Pemeliharaan Tanaman yang Belum Optimal
       Pemeliharaan tanaman sebuah proses yang menjamin suatu tanaman terjaga dalam kondisi siap pakai. Dalam budidaya tanaman perkebunan pemeliharaan tanaman merupakan kegiatan yang sangat penting untuk menghasilkan produksi yang optimal. Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, pemupukan, pengendalian OPT, dan pemeliharaan yang bersifat spesifik (Pengajiran, Pewiwilan, Pemangkasan, Penjarangan) untuk spesies tertentu.    

Teknologi untuk Meningkatkan Produktivitas Pohon Karet

Klon Unggul Cepat Menghasilkan. Penemuan terakhir di bidang pe-muliaan karet menghasilkan klon baru yang memiliki pertumbuhan cepat, se-hingga masa tanaman belum meng-hasilkan dapat dipersingkat dari 5 tahun menjadi 3 tahun 6 bulan. Klon-klon baru tersebut diberi nama IRR (Indonesian Rubber Research) dan yang terbaik terdapat 5 klon yaitu IRR 100, IRR 111, IRR 112, IRR 117, dan IRR 118. Keragaan pertumbuhan kelima klon tersebut dalam bentuk per-tumbuhan lilit batang dan persentase matang sadap pada umur 3,5 tahun. Dengan kriteria matang sadap 60 persen tanaman telah men-capai ukuran lilit batang 45 cm, maka dari Tabel 2 jelas bahwa matang sadap kelima klon baru tersebut sudah ter-capai pada umur 3,5 tahun.
Sedangkan klon PR 261 sebagai pembanding di-perkirakan baru mencapai matang sadap umur 4,5 tahun. Di samping waktu matang sadap lebih cepat klon baru ini juga memiliki potensi hasil lateks dan kayu lebih tinggi dari klon pembanding.

Klon Unggul Penghasil Kayu 

Dengan semakin terbatasnya potensi kayu dari hutan alam maka fungsi kebun karet sebagai sumber kayu dan biomassa lainnya akan semakin penting pada abad ke-21 ini. Untuk meraih peluang tersebut maka pe-muliaan karet tidak hanya ditujukan kepada penemuan klon unggul penghasil lateks tetapi juga sebagai peng-hasil kayu (timberlatex clones). Klon IRR 33 lebih unggul se-bagai penghasil kayu dari pada peng-hasil lateks, sedangkan klon lainnya (IRR 30, IRR 32, IRR 39, dan IRR 54) unggul sebagai penghasil lateks maupun kayu. Produktivitas kayu dari klon tersebut diperkirakan akan men-capai lebih dari 300 m3 per hektar apabila dipanen pada akhir umur ekonomis karet (25-30 tahun). Dari kajian ISWA seluruh tanaman karet punya manfaat. Tunggul dan cabang akar (15%) untuk arang dan papan partikel, batang bekas sadapan (15-20%) untuk papan gypsum dan parquet (flooring), batang bekas sadapan (20- 25%) untuk furniture, kayu lapis dan kayu rekonstitusi (LVL), dan batang di atas batang (10-15%) untuk kayu olahan.

Pengendalian Penyakit Gugur Daun Corynespora 

         Penyakit gugur daun yang disebabkan jamur Corynespora cassiicola berpotensi membahayakan perkebunan karet apabila tidak dikendalikan dengan baik. Potensi bahaya tersebut terlihat dari adanya peningkatan in-tensitas serangan di pertanaman dan adanya indikasi peningkatan virulensi terhadap klon-klon yang sudah lama dikembangkan secara luas seperti GT 1 dan RRIM 600.
Intensitas serangan penyakit ini sangat berkaitan dengan kepekaan klon, karena itu penggunaan klon yang resisten merupakan langkah pengendalian yang praktis dan ekonomis. Agar sifat resistensi klon dapat berfungsi secara efektif maka strategi penggunaannya dalam pe-ngendalian penyakit perlu dilakukan sebagai berikut:
(1) Semua penanaman baru harus menggunakan klon resisten, (2) Membatasi luas dan jangka waktu pengembangan klon tertentu untuk menghambat perkembangan ras fisiologis dengan menerapkan konsep diversifikasi dan pergiliran klon secara konsisten, (3) Mengisolasi perkembangan penyakit dari setiap blok pertanaman yang terserang melalui tindakan terpadu antara lain penguguran daun, perlakuan fungisida, dan mempercepat peremajaan.  Klon-klon karet yang resisten terhadap Corynespora adalah AVROS 2037, BPM 24, BPM 107, PB 217, PB 260, PR 255, RRIC 100, RRIM 712, TM 2, dan TM 9.

Peningkatan Umur Ekonomis Dan Mutu Tanaman Perkebunan

   Peningkatan Produksi, Produktivitas Dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan merupakan program pembangunan perkebunan untuk lebih meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan melalui rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih bermutu, sarana produksi,  perlindungan perkebunan dan penanganan gangguan usaha secara optimal. Komoditi Binaan Perkebunan ada  127 komodititas, akan tetapi prioritas penanganan difokuskan pada 15 komoditas strategis yang menjadi unggulan nasional yaitu karet, kelapa sawit, kelapa, kakao, kopi, lada, jambu mete, teh, cengkeh,  jarak pagar, kemiri sunan, tebu, kapas, tembakau, dan nilam. Sekdit berharap Pemda didorong untuk memfasilitasi dan melakukan pembinaan komoditas spesifik dan potensial di wilayahnya masing-masing selain 15 komoditi utama tersebut. Selain itu juga  fokus kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2011 adalah :
  1. Revitalisasi perkebunan, merupakan upaya percepatan pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan, dan rehabilitasi tanaman perkebunan yang didukung kredit investasi dan subsidi bunga oleh pemerintah dengan melibatkan perusahaan di bidang usaha perkebunan sebagai mitra atau langsung kelompok tani/koperasi pekebun sebagai pelaksana
  2. Penyediaan bahan tanaman sumber BBN/ bi0-energi, merupakan pengembangan tanaman penghasil bahan bakar nabati /bio-energi  (kelapa sawit, kelapa, jarak pagar dan kemiri sunan) dalam rangka  memenuhi sebagian kebutuhan bahan bakar untuk mensubstitusi 3% bahan bakar fosil pada tahun 2014. Untuk saat ini baru difokuskan pada jarak pagar dan kemiri sunan, terutama untuk pengutuhan desa mandiri energi (DME) dan daerah terisolir.
  3. Gerakan peningkatan produksi dan mutu kakao nasional, merupakan upaya peningkatan produksi dan mutu kakao melalui kegiatan  peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi kakao  pada sentra produksi yang terserang OPT (PBK, VSD dan Busuk Buah) , pemberdayaan petani serta penyediaan fasilitas pendukung lainnya.
  4. Pengembangan komoditas ekspor, merupakan upaya pengembangan danpeningkatan mutu tanaman ekspor (kelapa sawit, karet, kakao, kopi, kelapa, jambu mete, lada, tembakau, teh, dan nilam) untuk mempertahankan pangsa pasar internasional yang sudah ada serta penetrasi pasar yang baru.
  5. Penembangan komoditas pemenuhan konsumsi dalam negeri, merupakan upaya meningkatkan produksi dan mutu komoditas perkebunan (kapas dan cengkeh) dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri
  6. Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan, merupakan upaya mendukung perlindungan tanaman, penanganan gangguan usaha perkebunan, adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim, pasca panen dan pembinaan usaha, penyediaan benih unggul dan sarana produksi serta pelayanan organisasi yang berkualitas dalam rangka peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan.
    Prospek bisnis subsektor perkebunan pada tahun 2011 masih akan tetap menjanjikan di pasar domestic dan internasional. Dari sisi makro sub sektor perkebunan masih menjadi parameter dalam penyerapan tenaga kerja, investasi pembangunan, nilai ekspor komodititas, surplus neraca perdagangan, dan pendapatan pekebun. 

Sumber :

Anonim, 2004. http://www.ipard.com/art_perkebun/0040804DD.asp. Diakses pada 25 November 2012.



Hermas E Prabowo. 2008. “Penyusutan Lahan Isu Utama Ketahanan Pangan”. [Articleon-line];-Diperoleh-dari http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/10/04/0145356/penyusutan. lahan.isu.utama. ketahanan.pangan; Internet; Diakses pada 25 November 2012.

Tempo Interaktif. 2004. “PP RI No.68 Thn 2002 Tentang Ketahanan Pangan” [Articleonline];Diperolehdari:http://www.tempointeraktif.com/hg/peraturan/2004/03/29/prn,2004032907,id.html; Diakses pada 25 November 2012.



 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nepkin Folding (Seni melipat nepkin atau kain serbet)

SNI 01-3167-1992 (SALAK)